Konsep reaksi oksidasi dan reduksi senantiasa mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan ilmu kimia. Pada awalnya, sekitar abad ke-18, konsep reaksi oksidasi dan reduksi didasarkan atas penggabunganunsur atau senyawa dengan oksigen membentuk oksida, dan pelepasan oksigen dari senyawa.
Oksidasi: penggabungan oksigen dengan unsur/senyawa.
Reduksi: pelepasan oksigen dari senyawanya.
KONSEP REAKSI OKSIDASI REDUKSI BERDASARKAN PELEPASAN DAN PENERIMAAN ELEKTRON
Reaksi oksidasi dan reduksi ternyata bukan hanya Kata Kunci melibatkan oksigen, melainkan juga melibatkan elektron. Memasuki abad ke-20, para ahli melihat suatu karakteristik mendasar dari reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari ikatan kimianya, yaitu adanya serah terima elektron. Konsep ini dapat diterapkan pada reaksi-reaksi yang tidak melibatkan oksigen.
Oksidasi: pelepasan elektron
Reduksi : penerimaan elektron
Reaksi oksidasi dan reaksi reduksi selalu terjadi bersamaan. Oleh karena itu, reaksi oksidasi dan reaksi reduksi disebut juga reaksi oksidasi-reduksi atau reaksiredoks. Zat yang mengalami oksidasi disebut reduktor, sedangkan zat yang mengalamireduksi disebut oksidator.
KONSEP REAKSI OKSIDASI REDUKSI BERDASARKAN PERUBAHAN BILANGAN OKSIDASI
Reaksi redoks dapat pula ditinjau dari perubahan bilangan oksidasi atom atau unsur sebelum dan sesudah reaksi. Reaksi redoks adalah reaksi yang ditandai terjadinya perubahan bilangan oksidasi dari atom unsur sebelum dan sesudah reaksi.
1. Bilangan oksidasi
Bilangan oksidasi adalah muatan yang dimiliki oleh atom jika elektron valensinya cenderung tertarik ke atom lain yang berikatan dengannya dan memiliki keelektronegatifan lebih besar.
Aturan penentuan bilangan oksidasi:
a. Bilangan oksidasi atom dalam unsur bebas sama dengan 0 (nol).
Contoh:
Bilangan oksidasi atom dalam unsur Na, Fe, H2, P4, dan S8 sama dengan 0 (nol).
b. Bilangan oksidasi ion monoatom sama dengan muatan ionnya.
Contoh:
– Bilangan oksidasi ion Na + sama dengan +1;
– Bilangan oksidasi ion Mg2+ sama dengan +2;
– Bilangan oksidasi ion Fe3+ sama dengan +3;
– Bilangan oksidasi ion Br– sama dengan –1;
– Bilangan oksidasi ion S2– sama dengan –2.
c. Jumlah bilangan oksidasi semua atom dalam senyawa netral sama dengan 0 (nol)
.Contoh:
Senyawa NaCl mempunyai muatan = 0. Jumlah biloks Na + biloks Cl = (+1) + (–1) = 0.
d. Jumlah bilangan oksidasi semua atom dalam ion poliatomik sama dengan muatan ionnya.
Contoh:
Ion NO3
– bermuatan = –1, maka biloks N = +3 biloks O = _1
e. Bilangan oksidasi Fluor dalam senyawanya = –1.
Contoh:
Bilangan oksidasi F dalam NaF dan ClF3 sama dengan –1
f. Bilangan oksidasi oksigen (O) dalam senyawanya sama dengan _2, kecuali dalam senyawa
biner fluorid, peroksida, dan superoksida
Contoh:
• Bilangan oksidasi O dalam H2O, CO2, dan SO2 sama dengan –2;
• Bilangan oksidasi O dalam senyawa peroksida, H2O2 dan Na2O2 sama dengan –1;
• Bilangan oksidasi O dalam senyawa fluorida, OF2 sama dengan +2;
• Bilangan oksidasi O dalam senyawa superoksida KO2 dan CsO2 sama dengan – .
g. Bilangan oksidasi hidrogen (H) jika berikatan dengan non-logam sama dengan +1.
Bilangan oksidasi H jika berikatan dengan logam alkali dan alkali tanah sama dengan –1.
Contoh:
Bilangan oksidasi H dalam HF dan H2O sama dengan +1 Bilangan oksidasi H dalam NaH dan CaH2 sama dengan –1
h. Bilangan oksidasi logam golongan IA (alkali) dalam senyawanya sama dengan +1
i. Bilangan oksidasi logam golongan IIA (alkali tanah) dalam senyawanya dengan +2
j. Bilangan oksidasi logam transisi dalam senyawanya dapat lebih dari satu.
Contoh:
Fe mempunyai bilangan oksidasi +2 dalam FeO; +3 dalam Fe2O3, dan seterusnya Untuk memahami perubahan bilangan oksidasi dalam reaksi redoks,.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar